Hati, tentu hati yang saat ini
dibahas bukan hati anatomi bagian dari tubuh manusia. Ini adalah tentang yang
tak terlihat yang hanya bisa di rasakan. Begitu banyak yang membicarakan ini,
karena ini berhubungan langsung dengan sebuah perasaan. Namun, kebanyakan dari
kita hanya sebatas merasakan pada permukaan hatinya saja, belum sampai ke dasar
hati. Karena, ketika kita hanya merasakan pada permukaannya saja, ‘rasa’ itu
akan menjelma menjadi berbagai macam wajah. Wajah ingin memiliki seseorang,
wajah memaksa orang itu untuk memiliki ‘rasa’ yang sama dengan kita, wajah yang
melarang orang itu berhubungan dengan orang lain karena merasa bahwa dia milik
kita. Wajah yang memiliki seribu satu alasan menyayangi orang lain. Perasaan
yang tersamarkan.
Namun, ketika kita sampai pada
dasar hati, ketika kita bisa menyelami hati kita sendiri, kita akan mendapati
bahwa sebuah perasaan adalah sebuah ketulusan. Ketulusan tentu saja tidak
pernah memaksa. Tidak pernah memaksa orang menjadi milik kita, tidak memaksa
orang memiliki perasaan yang sama dengan kita, juga tidak melarang orang lain
untuk berhubungan dengan siapa pun. Ketulusan adalah ketika kita bisa merasakan
bahagia ketika dia, orang yang kita sayangi mendapatkan apapun yang terbaik
untuknya, termasuk pasangan hidup, walaupun bukan kita yang menjadi pendampingnya. Hati yang
menyayangi dengan tulus tidak akan ada alasan yang menyertainya, tidak ada
alasan karena dia kaya, dia tampan, dia baik, dia cantik atau apapun. “Karena
hati tidak pernah bisa memilih”, jika kita paham maknanya tentu tak akan ada
jawaban yang terlontar ketika ada yang bertanya “Kenapa kamu menyayangi dia?”.
Seperti ketika seseorang bertanya begini “mengapa kamu menyayangi ibumu?”,
siapa yang tak menyangi ibu kita dari lubuk hati yang terdalam, walaupun
mungkin ibu kita itu tidak seperti apa yang kita harapkan, itulah rasa sayang
yang TULUS.
Rasa sayang juga bukan yang
selalu terucap, tetapi yang selalu ada di dalam hati. Terkadang rasa sayang
yang ada di dalam hati tidak selalu harus terucap.