Semuanya terasa berjalan begitu cepat dan tak terduga. Aku tak tahu bagaimana awal kedekatan hingga kini tercipta jarak yang dipisahkan oleh jurang yang dalam di antara kita. Semuanya berjalan terlalu cepat hingga memoriku tak mampu untuk merekam semuanya. Yang aku ingat hanya kedekatan kita dulu dan jarak yang tercipta diantara kita sekarang, tanpa mengingat detail kejadiannya. Namun yang pasti ini yang aku takutkan sejak dulu, kita saling berjauhan bahkan tak saling mengenal seperti orang asing. Walaupun awalnya aku selalu berusaha untuk menepis semuanya. Ketahuilah, ketakutanku saat itu adalah kehilanganmu dan melihat kau menjauh dariku. Ketika watunya tiba, ketakutanku terbukti, mulai tercipta jarak diantara kita. Selalu ada masalah yang kita pun bahkan tidak tau persisnya sumber masalah itu apa. Namun yang aku tau, kita tak pernah satu. Ketika hatiku melunak dan ingin memperbaiki keadaan, sikapmu justru menunjukan tak ada tanda-tanda untuk berdamai. Ketika hatiku sudah lelah karenamu, sikapmu melunak, seolah-olah posisi kita berbalik. Begitu seterusnya, kita seperti berjalan bertuturan pada sebuah lingkaran, tak akan menemui titik temu. Aku berusaha untuk melunak ketika sikapmu sedang melunak, namun tak bisa. Sejak itu aku sadar, kita tak akan pernah bersatu karena hanya akan menciptakan kepedihan, seperti berjalan di atas serpihan kaca. Walaupun, kau-yang-sekarang-telah menjadi-orang -asing juga menciptakan kepedihan yang sama bagiku. Namun, setidaknya itu tidak menciptakan sebuah kepedihan untukmu. Kau sudah menemukan orang yang pantas untukmu dan bahagia bersamanya. Tidak begitu denganku, aku masih enggan dekat dengan yang lain, karena memori singkat tentangmu masih belum beranjak dari pikiranku.
The circle
Semuanya terasa berjalan begitu cepat dan tak terduga. Aku tak tahu bagaimana awal kedekatan hingga kini tercipta jarak yang dipisahkan oleh jurang yang dalam di antara kita. Semuanya berjalan terlalu cepat hingga memoriku tak mampu untuk merekam semuanya. Yang aku ingat hanya kedekatan kita dulu dan jarak yang tercipta diantara kita sekarang, tanpa mengingat detail kejadiannya. Namun yang pasti ini yang aku takutkan sejak dulu, kita saling berjauhan bahkan tak saling mengenal seperti orang asing. Walaupun awalnya aku selalu berusaha untuk menepis semuanya. Ketahuilah, ketakutanku saat itu adalah kehilanganmu dan melihat kau menjauh dariku. Ketika watunya tiba, ketakutanku terbukti, mulai tercipta jarak diantara kita. Selalu ada masalah yang kita pun bahkan tidak tau persisnya sumber masalah itu apa. Namun yang aku tau, kita tak pernah satu. Ketika hatiku melunak dan ingin memperbaiki keadaan, sikapmu justru menunjukan tak ada tanda-tanda untuk berdamai. Ketika hatiku sudah lelah karenamu, sikapmu melunak, seolah-olah posisi kita berbalik. Begitu seterusnya, kita seperti berjalan bertuturan pada sebuah lingkaran, tak akan menemui titik temu. Aku berusaha untuk melunak ketika sikapmu sedang melunak, namun tak bisa. Sejak itu aku sadar, kita tak akan pernah bersatu karena hanya akan menciptakan kepedihan, seperti berjalan di atas serpihan kaca. Walaupun, kau-yang-sekarang-telah menjadi-orang -asing juga menciptakan kepedihan yang sama bagiku. Namun, setidaknya itu tidak menciptakan sebuah kepedihan untukmu. Kau sudah menemukan orang yang pantas untukmu dan bahagia bersamanya. Tidak begitu denganku, aku masih enggan dekat dengan yang lain, karena memori singkat tentangmu masih belum beranjak dari pikiranku.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar