Takdirku

Tak ada yang manusia yang bisa memilih ingin dilahirkan dalam kondisi seperti apa, baik atau buruk, sempurna atau tidak. Tak ada manusia yang bisa memilih takdirnya. Semua itu sudah ditetapkan oleh sang pencipta dengan skenario yang begitu indahnya, kita hanya belum mengetahuinya.

Begitupun aku, aku tak bisa memilih dilahirkan seperti apa dalam keluarga yang bagaimana, aku juga tak bisa memilih takdirku menjadi apa. Aku memang terlahir normal, tak terlihat kecacatan dalam fisikku pada mulanya. Namun, seiring berjalannya waktu, semuanya semakin terlihat jelas. Aku tak seperti manusia normal pada umumnya. Tendon lututku lemah, aku tak dapat menjalankan aktifitas dengan maksimal. Ini semacam tamparan keras di pipiku. Masa remaja yang aku impi-impikan berjalan dengan normal harus pupus. Aku bahkan tidak bisa mengikuti pelajaran olang raga sejak SMP hingga saat ini. Kadang, aku berfikir 'mengapa aku yang mengalami ini semua?'. Aku menyesali kondisi diriku saat itu, aku marah pada keadaanku.

Hingga suatu hari, aku bertemu dengan seseorang yang sebaya denganku. Dia bahkan tidak bisa berjalan dengan normal, sebelah kakinya harus disered agar ia mampu berjalan. Aku bisa merasakan berjalan seperti itu tidaklah mudah. Aku pandang diriku sendiri, membandingkan dengan keadaan dia. Sungguh aku merasa malu pernah berpikiran bahwa Allah tidak adil. Aku sungguh malu dan memaki diriku karena pernah menyesali kondisiku. Aku merasa sangat bersyukur karena aku masih diberi kesempatan untuk berjalan dengan normal, walaupun tak bisa berlari.

Dan saat ini, saat cita-cita dan mimpiku harus terhenti karena kondisiku yang tidak memungkinkan. Ada rasa kecewa di dalam hatiku, namun aku yakin ini semua yang terbaik untuku. Aku sangat sangat yakin dan percaya bahwa rencana-Nya lah yang terbaik.