The Opposite



Terkadang sesuatu yang bersebrangan dengan keinginan kita itu akan membuat kita jengkel. Kita ingin dunia yang "perfect" sesuai dengan keinginan kita. Tapi pernahkah menyadari bahwa Allah sudah ciptakan bumi da kehidupan ini dengan sangat "perfect" dan adil. Ia menciptakan sesuatu yang berlawanan itu untuk mencapai suatu keserasian.

Terkadang kita harus merasakan keterpurukan untuk mengetahui bagaimana caranya bangkit dan bertahan hidup.

Terkadang kita harus merasakan kehilangan untuk mengetahui betapa berharganya sesuatu yang dimiliki kita itu.

Terkadang kita harus memiliki musuh untuk mengetahui siapa teman kita yang sebenarnya.

Terkadang kita harus merasakan panasnya terik matahari saat kemarau panjang untuk bersykur ketika hujan turun.

Terkadang kita harus merasakan perpisahan untuk menghargai sebuah kebersamaan.

Terkadang kita harus merasakan kesedihan untuk menghargai setiap kebahagian yang kita dapatkan.

Terkadang kita harus merasa "tidak tau" untuk bereksplorasi.

Terkadang kita harus merasakan kekalahan untuk mencapai kemenangan yang sejati.


Bahkan dalam keseharian pun, kita harus merasakan gelapnya malam untuk bisa merasakan indahnya ketika terbit fajar.


Hujan

Aku menyukai hujan.... Kenapa? 
Karena setiap tetes-tetes air itu jatuh ke bumi, mereka membawa tetes-tetes kehidupan untuk makhluk yang ada di bumi. Tetes-tetes air itu akan membasahi tanah yang mulai kering, menghijaukan daun yang mulai menguning, dan aku melihat bagaimana kuasa Allah menurunkan setetes demi setetes air yang kemudian menjadi sumber kehidupan. Aku mempelajari bagaimana mereka merubah kehidupan, bagaimana mereka merubah kerasnya batu hanya dengan tetesan-tetesan mereka. Bagaimana mereka mulai mengairi sungai yang sedang haus akan airnya. 

Karena ketika hujan, aku dapat menyembunyikan air mataku. Tetesan-tetesan air yang menyentuh wajahku, akan menyamarkan air mata yang aku teteskan, dan aku bisa menyembunyikan suara tangisku di baliknya suaranya. Aku bisa menyimpan rinduku pada hujan, membiarkan ia mengalir bersama tetes-tetes air itu yang akan menghilangkannya ketika sampai tanah. 

Karena ketika hujan, aku bisa mengingatnya, mengingat semua kejadian yang pernah terjadi bersamanya....


Dandelion's phyllosophy




Malaikat Hidupku

Hidup, anugerah terindah yang diberikan Allah untuk makhluknya. Walaupun tidak selamanya juga hidup itu menyenangkan dan indah. Kita pun harus siap dengan segala bentuk ujian yang memang telah dipersiapkan oleh Yang Maha Kuasa ketika kita masih didalam kandungan Ibu. Maktub!
Ketika kita masih kecil, ujian hidup tidak begitu berat. Tetapi beranjak remaja pengenalan hidup yang "sebenarnya" dimulai. Ujian demi ujian yang datang silih berganti. Bahkan yang tidak disangka sebelumnya, dan terkesan mendadak. Tapi itulah ujian, dan Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.
Seperti hidup saya, ketika mash kanak-kanak, saya belum mengerti tentang "masalah". Namun sekarang, rasanya masalah yang datang silih berganti, rasanya tak ada habisnya. Terkadang saya berfikir sanggupkah saya menjalani ujian-Nya? Allah memang tak akan memberikan cobaan melampaui batas kemampuan makhluknya. Namun, saya pun manusia biasa yang tidak selalu kokoh ketika diterpa angin kencang. Tidak selalu berdiri tegak ketika suatu hal menggoyahkan hidup saya. Terkadang saya berfikir apakah hidup ini adil terhadap saya? Tapi suatu hal yang saya yakini bahwa Allah mempunyai rencana lain di balik semua ini.
Dan saya sangat beruntung diberi dua malaikat yang selalu menjaga saya, menyayangi saya dan selalu ada ketika saya hampir ambruk diterpa badai masalah. Ya, saya beruntung memiliki seorang ibu yang selalu membantu saya berdiri ketika jatuh, dan tak mampu untuk berdiri tegak, dan mendekap saya ketika saya ketakutan dan kedinginan. Saya beruntung memiliki seorang ayah yang selalu menasehati saya untuk selalu berdiri kokoh ketika apapun menerpa saya. Dia yang selalu menopang saya ketika saya sudah tak bisa berdiri tegak.
Saya sangat menyayangi kedua malaikat itu..

Dandeilon.~~ inspiring my life~~

     Dandelion tidak tumbuh sebagai bunga yang hidup di taman-taman hias, seperti bunga lain. tetapi bersembunyi di balik ilalang yang sering tidak diperdulikan oleh orang lain. Dandelion tidak secantik mawar ketika mekar, tidak secerah bunga matahari yang bersinar. Tetapi dandelion berwarna putih, memberi kesan pada dirinya yang nampak anggun dan tenang dari luar. Dandelion tumbuh dengan sendirinya, tak butuh tangan siapapun untuk memupuki, tak butuh air dari tempayan mana untuk menyiramnya. Dia bahkan menerimanya langsung dari langit.     
     Dandelion tumbuh tegak diantara ilalang yang mulai menguning. Namun dia tidak akan mampu melawan angin yang terus berhembus menerbangkan kelopaknya dan merubahnya menjadi suatu batang yang tegak. Dandelion bergerak setia mengikuti arah angin. Dandelion itu bebas,tak satupun tahu keberadaan dirinya, tak satupun tahu, kemana arah serabut kelopaknya yang halus itu terbang,,,terbang jauh ke sana. saat sang angin meniupnya pergi, itu bukan akhir dari segalanya, tapi awal hidupnya yang baru karena berkas-berkas dandelion rapuh yang sebenarnya perkasa itu ditiup angin untuk menciptakan kehidupan baru, sang berkas dandelion itupun tak lagi menoleh ke belakang, tapi berjuang untuk hidup barunya. Ia, menghargai penghargaan sang Penciptanya, dengan senantiasa bersedia di tiup angin, dan tetap liar di tepi jalan...   
     Suatu saat dandelion itu akan menemukan tempatnya dan ia akan tumbuh kembali sebagai bunga yang cantik meskipun setiap kali angin akan menggugurkannya dan ilalang menyembunyikannya dalam senja.    
     Saya ingin hidup seperti dandelion, menghargai setiap waktu yang singkat dengan mengikuti arah angin yang akan membawa saya kemana pun tanpa satu orang pun yang tau dimana saya akan meletakkan raga ini. Sampai suatu saat saya akan mencapai suatu titik keterpurukan dalam diri. Hingga saya menunggu sesuatu yang dapat menopang saya untuk berdiri tegak seperti batang dandelion, sampai angin yang akan membawa saya pergi entah kemana. Senja yang padam oleh malam menghilangkan dandelion pada sebuah kegelapan  yang meninggalkannya dan mengajarkan bagaimana menerangi dirinya dengan cahaya bulan dan mempertahankan dirinya untuk tidak tertiup angin pada saat malam. 
    Saya bisa menghargai hidup setiap hari setiap malam, saat ini yang bisa menolong hanyalah kebahagiaan dan berada di sekelililng orang bisa membuat saya nyaman dan senang. Meskipun entah apa yang sebenarnya saya rasakan, seperti tidak ada rasa apapun yang bisa membantu mengeluarkan saya dalam kondisi seperti ini. Saya  mencapai titik lelah dan entah apa yang akan saya lakukan untuk bisa menghilangkan lelah sampai pundak ini terasa berat, dan mata ini terasa tak melihat apa yang ada.